Kamis, 07 Maret 2019

Jurnal Praktikum Kimia Organik I (Perc.03)

JURNAL PRAKTIKUM
KIMIA ORGANIK I




                                           NAMA             : DITYA FAJAR NURSAHFITRI
                                           NIM                 : A1C117061


DOSEN PENGAMPU :
Dr.Drs. SYAMSURIZAL, M.Si.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019




Percobaan-03

I.    Judul                    : Pemurnian Zat Padat
II.   Hari/Tanggal        : Sabtu/9 Maret 2019
III. Tujuan               
       Pada akhir percobaan ini mahasiswa diharapkan memahami dan terampil dalam :
       a. Melakukan kristalisasi dengan baik,
       b. Memilih pelarut sesuai untuk rekristalisasi,
       c. Menjernihkan dan menghilangkan warna larutan,
       d. Memisahkan dan memurnikan campuran dengan rekristalisasi.
IV.  Landasan Teori
             Membuat zat pada organik murni kembali dapat dilakukan dengan cara rekristalisasi secara selektif senyawa dari zat padat. Caranya dengan melarutkan zat tersebut dalam suatu pelarut yang cocok titik didihnya, lalu kita pisahkan zat yang berupa endapan dengan penyaringan. Metode ini menunjukkan bahwa sifat kelarutan setiap zat berbeda.Untuk mendapatkan endapan yang banyak dibuat pelarut yang sedikit mungkin. Pelarut tidak boleh terlal
u pekat, dihitung terlebih dahulu dan perlahan ditambahkan (20-100%) suhu juga jangan terlalu besar perubahannya, harus bertahap.Ada tiga prinsip operasional rekristalisasi:
1. Pelarut yang digunakan untuk melarutkan memiliki jumlah sedikit mungkin,
2. Penurunan suhu secara perlahan pada rekristalisasi selektif,
3. Pemisahan kristal murni dan larutannya melalui penyaringan.
Pelarut yang banyak digunakan adalah pelarut yang cair. hal itu dikarenakan lebih murah,tidak mudah bercampur dan dapat diperoleh kembali setelah penguapan. Pelarut yang baik memiliki sifat tidak mudah mengkontaminasi, sukar larut pada suhu kamar, lebih mudah larut pada suhu tinggi, Titik didih pelarut lebih tinggi dibanding titik didih zat padatnya (Tim Kimia Organik I, 2016).
             Rekristalisasi adalah proses terusan dari kristalisasi. Bedanya adalah jika pada kristalisasi dilakukan pemanasan maka pada rekristalisasi hanya dilakukan pada pelaruta yang berada dalam suhu kamar dan lebih larut pada suhu tinggi. Tujuannya adalah untuk memisahkan zat tidak murni dengan kristalnya melalui proses penyaringan (Riswanto, 2009).
             Menurut Sastrohamidjojo (2005), kristal didapatlan dalam suatu larutan yang sudah berada dalam kondisi lewat jenuh. Larutan lewat jenuh menandakan bahwasannya pelarut sudah tidak lagi mampu melarutkan zat terlarutnya. Hal itu dikarenakan  jumlah pelarut yang lebih minim atau sedikit dibandingkan zat terlarutnya, karena jika jumlah pelarut sesuai ataupun berlebih untuk melarutkan zat maka tidak akan didapatkan larutan lewat jenuh. Penting adanya untuk mengurangi jumlah pelarut dalam rangka mendapatkan kristal dalam suatu larutan atau campuran, caranya adalah melalui beberapa cara berikut ini :
1. Penguapan,
2. Pendinginan,
3. Penambahan senyawa lain,
4. Reaksi kimia.
             Rekristalisasi sangatlah berkaitan dengan proses pengendapan. Dimana endapan itu sendiri memiliki pengertian sebagai zat yang nantinya mampu terpisah dari suatu fase (padat) dan keluar dari lerutannya. Kelarutan pada sebuah endapan adalah konsentrasi dari larutan jenuhnya. Di sini yang perlu diingat adalah keadaan larutan sudah atau dalam keadaan lewat jenuh. Kelarutan sangat bergantung sekali dengan suhu, tekanan, konsentrasi bahan lain dalam larutan dan komposisi pelarutnya (Pinalla Anita, 2011).
             Pada rekristalisasi terdapat tujuh tahap perlakuan, yaitu: pemilihan zat pelarut, melarutkan zat terlarut, menghilangkan warna dari larutan, memindahkan zat padat, mengkristalkan larutan, mengumpulkan dan mencuci kristal dengan cara filtrasi, produk(hasil) dikeringkan (Williamson, 1999).
             Kristalisasi adalah tahap pembuatan kristal padat dari suatu larutan homogen jenuh. Proses ini termasuk teknik padat-cair yang mampu hasilkan produk pada kemurnian 100%. Metode yang digunakan adalah penambahan anti solvent dan pendingin. Kondisi lewat jenuh tadi dapat diciptakan dengan penambahan anti solvent. Keuntungan menggunakan metode ini adalah tidak memerlukan energi yang lebih besar dari proses penguapan pelarut karena kristalisasi dilakukan pada suhu kamar saja (Hervelly dkk, 2016).
               Memurnikan zat padat dari campurannya memiliki caranya tersendiri. Mudahnya adalah dengan cara mengenali dan mengetahui sifat-sifat dari zat itu sendiri. Baik itu sifat fisik maupun sifat kimianya. Memahami sifat kimia dan sifat fisik dari suatu zat dapat menjadi tolak ukur keberhasilan kita dalam memisahkan kristal (zat padat yang dimaksud). Sebagai praktikan juga harus mahir mengenai membedakan pelarut a dan b yang memiliki gradien yang berbeda. Karena seperti yang kita ketahui tiap-tiap pelarut memiliki sifat dan kelarutan yang berbeda-beda. Baik itu pelarut organik ataupun pelarut lainnya (http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/).
                                  
V.   Alat dan Bahan
      5.1. Alat
         1. Gelas Kimia 100 ml
         2. Batang Pengaduk
         3. Corong Buchner
         4. Kertas Saring
         5. Cawan Penguap
         6. Kasa
         7. Kaki Tiga
         8. Bunsen
      5.2. Bahan
         1. Air Suling
         2. Asam Benzoat
         3. Kapas
         4. Naftalen
VI. Prosedur Kerja
      6.1. Prosedur Percobaan Rekristalisasi 
          

      6.2. Sublimasi 

Gambar Susunan Alat Sublimasi


Anda dapat melihat video percobaan pada link berikut ini : https://www.youtube.com/watch?v=0VqUw_hpwR8


Pertanyaan :
1. Apakah sebenarnya fungsi dari alkohol pada percobaan tersebut? dan mengapa alkohol yang digunakan bukan yang lainnya?
2. Mengapa pada proses filtrasi dihasilkan garam bukan gula?
3. Apakah penampilan dari praktikan yang ada dalam video tersebut sudah sesuai dengan aturan keselamatan kerja di laboratorium?






5 komentar:

  1. Saya suci desmarani(a1c117081) menjawab no 1 Alkohol yang digunakan pada percobaan itu berfungsi sebagai pelarut. Mengapa digunakan alkohol dan bukan yang lain, hal itu dikarenakan gula dan garam yang akan kita reaksikan termasuk senyawa polar sehingga hanya bisa larut dalam pelarut yang polar juga. Sebenarnya tidak hanya bisa digunakan alkohol tetapi juga dapat digunakan air dan senyawa polar lainnya.

    BalasHapus
  2. Saya Febry Aryanti Huta Uruk (A1C117073) akan membantu menjawab pertanyaan nomor 2. Hal itu dikarenakan prinsip filtrasi adalah pemisahan senyawa dengan kelarutan berbeda. Dilihat dari senyawa gula dan garam, besarnya partikel dari gula dan garam jika dibandingkan akan terlihat lebih besar garam, itu menyebabkan gula lebih mudah larut dibandingkan gula, sehingga ketika difiltrasi yang tersisa hanyalah garam karena lebih sukar larut dibanding gulanya. Terimakasih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Maaf terdapat kesalahan sedikit, maksud saya adalah gula lebih mudah larut dibandingkan garam. Terimakasih.

      Hapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  4. Saya akan mencoba menjawab pertanyaan no 3. Menurut saya penampilan praktikan kurang menunjukkan keselamatan kerja di laboratorium, karena ketika ia mencampurkan bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan tidak menggunakan sarung tangan lateks. Meskipun zat yang digunakan hanya seperti garam, gula dan alkohol tetapi tetap saja harusnya dalam laboratorium kita menekankan bahwa semua bahan itu berbahaya agar lebih savety lagi (Sheila Sagita, 09).

    BalasHapus