Kamis, 28 Maret 2019

Jurnal Praktikum Kimia Organik I (Perc.06)


JURNAL PRAKTIKUM 
KIMIA ORGANIK 1





DISUSUN OLEH:
NAMA: DITYA FAJAR NURSAHFITRI
NIM: A1C117061


DOSEN PENGAMPU:
Dr. Drs. SYAMSURIZAL, M.Si


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JUIRUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019



Percobaan-06
I.         Judul                  
Reaksi-Reaksi Alkohol dan Fenol

II.      Hari/Tanggal     
Sabtu/30 Maret 2019

III.   Tujuan
Setelah menyelesaikan percobaan ini, diharapkan mahasiswa dapat memahami dan mengetahui:
a.    Perbedaan sifat-sifat antara alkohol dan fenol.
b.    Jenis-jenis dan pereaksi  yang digunakan untuk membedakan antara senyawa-senyawa alkohol dan fenol.
c.    Azas-azas dari reaksi tersebut.

IV.   Landasan Teori
                 Fenol yang umumnya dikenal dengan nama asam karbolat memiliki sifat yang jutaan kali lebih asam dibandingkan dengan lakohol. Hal itu dikarenakan fenol mampu melepaskan ion H+ dari gugus hidroksi dan membentuk anion (muatan negatif)  fenoksida yang nantinya akan disebarkan oleh cincin aromatik (delokalisasi), sedangkan rekasi itu tiidak terjadi pada alkohol. Kemudian fenol bersifat racun (toksik) pada hewan serta berbau menyengat. Fenol sulit didegradasi dengan organisme pengurai/dekomposer sehingga mudah masuk dalam tubuh manusia melalui pernapasan dan pencernaan (Ulya, 2012).
                 Alkohol termasuk senyawa yang penting dalam kehidupan kita, hal itu dikarenakan alkohol tidak berbahaya dan memiliki banyak fungsi ataupun kegunaan dalam kehidupan sehari-hari. Alkohol biasanya digunakan sebagai antiseptik (zat yang digunakan untuk membunuh kuman), digunakan juga sebagai bahan bakar, digunakan sebagai pelarut. Sedangkan dalam laboratorium dan industri, alkohol digunakan sebagai pelarut dan reagensia (Suminar, 1990).
                 Keberadaan gugus hidroksi (-OH) pada alkohol dan fenol mengakibatkan adanya ikatan hidrogen antara molekul-molekul itu dan senyawa lain sejenis air (H-OH). Hal itu membuat senyawa ini sangat mudah larut dalam air, terutama senyawa homolog yang lebih rendah dari golongan ini. Fenol memiliki keasaman lebih dibandingkan dengan alkohol dan fenol dapat diubah menjadi garam natrium jika bereaksi dengan basa NaOH dan gara ini larut dalam air. Sama halnya dengan air, atom H dari gugus hidroksil dalam alkohol dan fenol dapat disingkirkan oleh natrium dan membentuk alkoksida dengan bentuk basa kuat yang berguna sebagai katalis dalam reaksi-reaksi organik. Pada alkohol, senyawa ini dapat digolongkan menjadi alkohol primer, alkohol sekunder dan alkohol tersier. Jenis itu dibagi berdasarkan seberapa banyak jumlah atom C yang terikat pada gugus -OH. Alkohol mempunyai [erbedaan kecepatan pada reagent tertentu, hasil yang diperoleh juga berbeda tergentung pada jenis alkoholnya. Sehingga harus ada pengujian untuk membedakannya (Tim Kimia Organik, 2016).
                 Cara yang digunakan untuk membedakan alkohol dengan fenol dan juga membedakan senyawa alkohol satu dengan senyawa alkohol lainnya adalah dengan cara uji Lucas dn uji asam kromat atau yang sering kita sebut dengan Bardwell-Wellman. Hal itu dikarenakan keberadaan sifat-sifat kimia yang khusus pada senyawa yang diuji (Pujianto, 2011).
                 Uji Lucas memiliki prinsi yaitu mengidentifikasi keberadaan alkohol primer, alkohol sekunder dann juga alkohol tersier dengan menambahkan serta mereaksikan sebuah sampel dengan pereaksi Lucas. Dimana pereaksi Lucas dapat berupa HCl dan ZnCl2. HCl disini sebagai subtituen dan  ZnCl2 sebagai katalisator. Saat reaksi terbilang positif maka akan menghasilkan kabut yang tidak dapat larut di dalam air yang disebut dengan alkil klorida (Rahardjo, 2009).
                 Reagen Lucas adalah larutan yang terbentuk dari HCl dan ZnCl2 yang tidak bewarna dan mudah larut dalam air. Uap dari HCl tak boleh dihirup karena dapat mempengaruhi sistem pernapasan. Sedangkan ZnCl2 merupakan serbuk yang hablur dan granut hablur putih atau hampir putih dapat bermassa seperti porselen atau silinder. Larutan ini sangat korosif dan mampu merusak kulit. Reaktivitas alkohol dengan reagen Lucas diukur dengan tingkat kekeruhannya yang berbeda. Penentuan solusi keruh terjadi karena pembentukan kloroalkana (Harr, 2011).
                 Menurut Syamsurizal (2019) dalam blognya, Alkohol dapat bereaksi menjadi berbagai turunan misalnya alkil halida dengan jalan subtitusi dari senyawa halogen. Dapat juga dalam bentuk aldehid, keton, eter, ester dan asam karboksilat bahkan dapat juga membentuk garam alkoksida. Alkohol dan fenol punya sifat fisik dan kimia, diantara lain :
·      Titik didih yang semakin tinggi sebanding dengan semakin panjangnya rantai karbon yang terbentuk.
·      Ikatan hidrogennya, dimana atom H dari alkohol yang mempunyai muatan parsial positif bereaksi dengan atom O elektronegatif dan punya pasangan elektron bebas dari molekulnya.
·      Efek Gaya Van Der Waals, gaya ini akan meningkat selaras dengan bertambahnya berat molekul.
·      Kelarutan dalam air, metanol dan etanol larut sempurna dalam air. Kelarutannya berkurang jika semakin panjang rantai hidrokarbonnya.
·      Sifat keasaman atau kebasaan alkohol, dapat menjadi asam ataupun basa dengan nilai ketetapan tertentu (http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/03/28/reaksi-alkohol-dan-fenol298/).

V.      Alat dan Bahan
5.1. Alat
   1. Tabung Reaksi
   2. Batang Pengaduk
   3. Pipet Tetes
  
5.2. Bahan
 1. Etanol                                               13. 1-propanol
 2. 2-propanol                                        14. N-butil alkohol
 3. Sekunder Butil Alkohol                   15. Ter-butil alkohol
 4. Sikloeksanol                                     16. Etilen Glikol
 5. Fenol                                                 17. Resorsinol
 6. Kolesterol                                         18. O-kresol
 7. 2-naftol                                             19. Larutan NaOH 10%
 8. Indikator PP                                     20. Reagent Lucas
 9. Aseton                                              21. Reagent Bordwell-Willman
 10. Asam Sulfat Pekat                          22. Larutan Brom dalam air
 11. Asam Asetat Glasial                       23. Trifenil Karbonil
 12. Larutan FeCl3 10%

VI.        Prosedur Kerja
6.1. Kelarutan
Ke dalam enam tabung reaksi masukkan ½ ml atau 0,2-0,5 gr dari masing-masing senyawa berikut : etanol, n-butil alkohol, ter-butil alkohol, sikloheksanol, etilen glikol dan fenol (hati-hati) : fenol jangan mengenal kulit. Bila mengenal kulit akan terbakar oleh fenol, bila terjadi cuci segera dengan air. Tambahkan 2 ml ke dalam tiap tabung, aduk da diamati kemudian catat hasil pengamatan.

6.2. Reaksi dengan Alkali
Ke dalam enam tabung reaksi masukkan ½ ml atau 0,2-0,5 gr dari masing-masing senyawa berikut : n-butil alkohol, sikloheksanol, fenol dan 2-naftol. Tambakan 5 ml larutan NaOH 10% ke dalam tiap tabung, dikocok dan amati serta catat hasilnya.

6.3. Reaks dengan Natrium
   Tempatkan 2 ml dari masing-masing senyawa berikut : dalam tabung reaksi kering berlainan 1- propanol, 2-propanol dan o-kresnol (bila o-kresnol berbentuk kristal, panaskan sedikit agar melebur). Tambahkan sepotong kecil logam natrium ke dalam larutan yang ada dalam tabung reaksi, catat asilnya. Tambakan ke dalam larutan yang diperoleh beberapa tetes indikator phenoftalen dan catat asilnya. Hati-hati : jangan buang isi tabung-tabung yang berisi natrium yang belum bereaksi ke dalam bak air, natrium bereaksi eksplosif dengan air. Tambahkan etanol secukupnya untuk menghilangkan semua natrium yang belum bereaksi, kemudian buanglah.

6.4. Pengujian Lucas
   Masukkan 2 ml reagent lucas ke dalam empat tabung reaksi. Tambahkan kira-kira 5 tetes alkohol yang akan diuji, kocok dan catatlah waktu yang diperlukan oleh campuran sehingga menjadi keruh atau memisah menjadi dua lapisan. Ujilah : 1-butanol. 2-butanol, sikloheksanol, ter-butil alkohol dan catat hasilnya.
Ø  Reagent Lucas : Larutkan 340 gr ZnCl2 kering dalam 230 ml HCL pekat yang dingin sambil dinginkan. Campuran ini mengasilkan 250 ml reagent.

6.5. Oksidasi dengan Asam Kromat (Pengujian Bordwell-Weltman)
   Masukkan  ml aseton ke dalam lima tabung reaksi yang berbeda. Tiap-tiap tabung tambahkan satu tetes cairan alkohol atau 10 mg kristal alkohol yang hendak diuji dan goncanglah hingga larutan menjadi jernih. Lalu tambahkan satu tetes reagent Bordwell-Wellman sambil digoncang. Ujilah alkohol berikut : 2-butanol, ter-butil alkohol, kolesterol, dan trifenil karbiol.
Ø  Reagent Bordwell-Wellman : Larutkan 25 ml anhidrat kromatid dalam 25 asam sulfat pekat dan hati-hati encerkan dengan 75 ml air suling.

6.6. Reaksi Fenol dengan Brom
   Ke dalam larutan 0,1 gr fenol di dalam 3 ml air tambahkan aie brom sambil digoncangkan sampai warna kuning tidak berubah lagi, amatilah.

6.7. Reaksi Fenol dengan Besi (III) Klorida
   Tiga buah tabung reaksi yang berbeda dilarutkan satu atau dua kristal atau 1-2 tetes senyawa yang akan diuji dalam 5 ml air. Ke dalam tiap tabung reaksi teteskan 1-2 tetes besi (III) klorida, aduk dan amatilah hasilnya. Ujilah fenol, renorsinol dan 2-propanol kemudian catat hasilnya.

Dapat dilihat video yang berkaitan dengan percobaan reaksi-reaksi aldehida dan fenol  pada link ini : https://www.youtube.com/watch?v=xotWCss9bVI

VII. Pertanyaan Pra

  1. Apa guna forsep pada percobaan uji alkohol tersebut?
  2. Apakah fungsi dari penambahan asam asetat glasial pada percobaan test ester dalam video?
  3. Pada test Asetil Klorida, praktikan mencelupkan batang gelas ke dalam larutan amonium hidroksida dan diletakkan di mulut tabung. Apa tujuannya?

Laporan Praktikum Kimia Organik I Reaksi-Reaksi Aldehida dan Keton (Perc.05)

LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ORGANIK I



DISUSUN OLEH :
                         NAMA      : DITYA FAJAR NURSAHFITRI
NIM          : A1C117061
   KELAS     : REGULER A

DOSEN PENGAMPU :
Dr.Drs. SYAMSURIZAL, M.Si.

PEROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019

VII. Data Pengamatan
7.1. Uji Cermin Kaca, Tollens

No.
Perlakuan
Pengamatan
1.
 Dimasukkan pereaksi ke dalam 4 tabung reaksi


2.
Diuji pada formalin, benzaldehid, aseton, sikloheksanon dengan menambahkan 2 tetes bahan tersebut.
·         Pada formalin ketika dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi pereaksi tollens terbentuknya cermin kaca.
·         Pada benzaldehid ketika dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi pereaksi tollens tidak terjadi apa-apa dan tidak terbentuk cermin kaca. Lalu dipanaskan, setelah dilakukan pemanasan selama 5 menit terbentuklah cermin kaca
·         Pada aseton ketika dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi pereaksi tollens tidak terjadi apa-apa dan tidak terbentuk carmin kaca. Setelah dilakukan pemanasan pun tidak terbentuk cermin kaca.
·         Pada sikloheksanon ketika dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi pereaksi tollens tidak terjadi apa-apa dan tidak terbentuk carmin kaca. Setelah dilakukan pemanasan pun tidak terbentuk cermin kaca.


















7.2. Uji Fehling dan Benedict

7.2. Uji Fehling dan Benedict
No.
Perlakuan
Pengamatan
1.
 Dimasukkan 5 ml pereaksi bennedict ke dalam 4 tabung reaksi


2.
Diuji pada formaldehid, benzaldehid, aseton, sikloheksanon dengan menambahkan beberapa tetes bahan tersebut. Dan ditempatkan tabung reaksi dalam air mendidih selama 10-15 menit
·         Pada formaldehid ketika dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi pereaksi bennedict terjadi perubahan warna menjadi warna biru yang lebih pekat dan dibagian bawah terdapat endapan berwarna merah bata.
·         Pada benzaldehid ketika dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi pereaksi bennedict, larutan menjadi 3 lapisan, di bagian atas larutan berwarna biru pekat, di bagian tengah berwarna bening dan di bagian bawah berwarna biru muda.
·         Pada aseton ketika dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi pereaksi bennedict, larutan menjadi berwarna biru pekat dan tidak terbentuk lapisan.
·         Pada sikloheksanon ketika dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi pereaksi bennedict, tidak terdapat endapan, di bagian atas terdapat minyak dan dibagian bawah larutan berwarna biru muda, lalu dipanaskan selama 5 menit warna biru tersebut berubah menjadi warna kehijauan
.




7.3.  Pengujian dengan Fenilhidrazin
No.
Perlakuan
Pengamatan
1.
 2 tabung reaksi diisi benzaldehid (tabung 1) dan sikloheksanon (tabung 2)
 Warna menjadi bening

2.
Dtambahkan Fenilhidrazin 5 ml pada Tabung 1
Warna berubah menjadi warna kuning
3.
Didiamkan tabung 1
Terdapat 3 lapisan : Kuning (atas), putih (tengah) dan kuning (bawah)
4.
Tambahkan Fenilhidrazin 5 ml di tabung 2
Warna larutannya kuning pucat
5.
Didiamkan tabung 2
Terdapat 2 lapisan saja : kuning pucat (atas), bening (bawah)

7.4. Pembuatan Oksim

Perlakuan
Pengamatan
1.
Dilarutkan 1 gr hidroksilamin HCl dan 1,5 gr CuSO4. 5 H2O di dalam 4 ml air
 Larutan menjadi berwarna hijau tua

2.
Dipanaskan larutan sampai 35°C dan ditambahkan sikloheksanon digoncang selama 1-2 menit
Larutan berubah warna menjadi warna hijau lumut keruh membentuk endapan putih.
3.
Dinginkan labu dalam lemari es, disaring kristal, dicuci dengan 2 ml air es.
Endapan menjadi bersih.


7.5. Reaksi Haloform
No.
Perlakuan
Pengamatan
1.
 Tabung reaksi diisi 3 ml NaOH 5% ditambahkan dengan 5 tetes aseton
 Warna menjadi bening

2.
Lalu ditambahkan 3 tetes larutan iodium iodida
Warna berubah menjadi seperti betadine
3.
Tabung digoncang hingga warna coklat tidak hilang lagi
Terdapat endapan berwarna kuning di atas dan di bawah
4.
Ditambahkan 2 propanol 3 ml + 3 tetes Iodium Iodida dalam tabung
Warna kuning berubah menjadi kuning pekat
5.
Ditambahkan 2 pentanon (tembakau) 0,5 gr + 10 ml aquades +3 tetes iodium iodida (tabung berbeda)
Gagal (hanya bewarna cokelat tembakau biasa)
6.
Ditambahkan sikloheksanon + 3 tetes iodium iodida
Terbentuk dua lapisan, yang atas bewarna ungu (magenta keungu-unguan intens) dan yang bawah bewarna merah.

7.6. Kondensasi Aldol
No.
Perlakuan
Pengamatan
1.
Disusun peralatan untuk merefluks


2.
Dalam labu dimasukkan 50 ml etanol, 1 ml aseton, 2 ml benzaldehid, dan 5 ml larutan NaOH 5%
Warna larutan selama pencampuran kuning
3.
Campuran direfluks selama 5 menit
Air sudah mulai menetes
4.
Dinginkan labu dan kumpulkan kristal
Terbentuk endapan yang lembek

VIII. Pembahasan
8.1. Uji Cermin Perak,Tollens
       Pada percobaan ini dilakukan uji cermin perak dengan pereaksi tollens untuk mengetahui apakah suatu senyawa bereaksi positif (dalam artian bereaksi) dengan tollens atau tidak. Bereaksi atau tidaknya dapat dilihat dari terbentuk atau tidaknya larutan cermin perak. Percobaan ini menggunakan senyawa-senyawa yang dianggap sebagai sampel percobaan yaitu, formalin, benzaldehid, aseton dan sikloheksanon. Dimana alat dan bahan diperlakukan sesuai dengan prosedur kerja yang sudah dipaparkan sebelumnya. Pertama, kami memasukkan pereaksi tollen sebanyak 20 tetes atau 1 ml ke dalam 4 tabung yang berbeda. Kemudian keempat zat tersebut (formalin, benzaldehid, aseton dan sikloheksanon) dimasukkan ke dalam empat tabung yang berisi pereaksi tollens tadi sebanyak masing-masing 2 tetes. Setelah itu kami homogenkan dengan cara menggoncangkannya. Kemudian tabung-tabung tadi kami letakkan di atas rak tabung reaksi dan kami diamkan selama kurang lebih lima menit. Selama kami diamkan kami selalu mengamati perubahan yang terjadi, ternyata pada larutan formalin sudah terbentuk larutan bewarna cermin perak. Namun pada tiga tabung yang lainnya belum terlihat adanya larutan cermin perak. Karena belum terlihat larutan cermin perak, kami melakukan pemanasan pada ketiga tabung tersebut. Setelah kami panaskan kurang lebih 5 menit, kami mendapati tabung reaksi yang berisi benzaldehid terdapat larutan cermin peraknya. Sedangkan pada tabung reaksi yang berisi aseton dan juga sikloheksanon tidak terjadi apa-apa atau tidak terbentuk cermin peraknya (http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/03/20/reaksi-reaksi-aldehid-dan-keton198/).

8.2. Uji Fehling dan Benedict
   Pada percobaan ini kami hanya melakukan percobaan benedict dan tidak melakukan percobaan fehling dikarenakan fehling yang kami buat gagal dan tidak bisa digunakan untuk uji fehling. Larutan yang akan diuji coba pada percobaan ini terdiri atas formaldehid, benzaldehid, Aseton dan sikloheksanon. Benedict yang kami siapkan dimasukkan ke dalam empat tabung reaksi yang berbeda, masing-masing 5 ml. Lalu kami teteskan keempat sampel pada tiap tabung yang berbeda (4 tabung berisi 5 ml benedict). Pada tabung pertama yang berisi formaldehid terjadi perubahan dari warna biru menjadi biru yang lebih pekat lagi, dan pada bagian bawahnya terdapat endapan bewarna merah bata. Pada tabung kedua yang berisi benzaldehid terdapat perubahan yaitu terbentuknya tiga lapisan dengan warna yang berbeda dari ketiga larutan tersebut. Pada lapisan teratas bewarna biru pekat, kemudian pada lapisan tengah bewarna bening dan pada lapisan paling bawah bewarna biru saja (tidak telalu pekat dan tidak terlalu pudar). Tabung ketiga yang berisi aseton juga terjadi perubahan dimana warna berubah menjadi lebih pekat dari sebelumnya tetapi tidak terdapat lapisan apapun, hanya satu lapisan itu saja. Keempat, pada tabung berisi sikloheksanon terdapat 2 lapisan, dimana pada bagian atas terdapat minyak dan bagian bawah larutan bewarna biru muda. Setelah itu keempat tabung tersebut dipanaskan dan selama pemanasan kami amati keempat tabung itu, ternyata tidak semua mengalami perubahan. Hanya pada tabung berisi sikloheksanon saja yang mengalami perubahan, dimana larutan berubah menjadi warna kehijauan. Bukan biru muda lagi.

8.3. Pengujian dengan Fenilhidrazin
       Fenilhidrazin adalah senyawa hidrogen yang memiliki gugus amina. Mekanisme reaksi dari fenilhidrazin yaitu adisi dan eliminasi. Percobaan ini dilakukan dengan cara memasukkan fenilhidrazin ke dalam tabung reaksi yang berisi aldehid dan tabung reaksi yang berisi keton. Di sini bahan atau senyawa aldehid yang digunakan adalah benzaldehid, sedangkan untuk senyawa ketonnya adalah sikloheksanon. Kemudian dilakukan pengocokan pada setiap tabung supaya terbentuk larutan yang homogen dan juga kompleks pada campuran fenilhidrazin dan larutan uji. Pada campuran fenilhidrazin dan benzaldehid terlihat bahwasannya larutan menjadi warna kuning. Warna kuning yang dihasilkan berasal dari fenilhidrazin itu sendiri. Ketika didiamkan larutan tersebut terdapat tiga lapisan, dimana lapisan atas bewarna kuning, bagian tengah bewarna putih dan bagian bawahbewarna kuning. Untuk sikloheksanon yang diberi pelakuan yang sama dan diamati, ternyata setelah dicampurkan dan digoncangkan menjadi warna kuning pucat dan hanya terbentuk 2 lapisan saja, yaitu lapisan bewarna kuning pucat pada bagian atas dan lapisan bewarna bening pada bagian bawah.
8.4. Pembuatan Oksim
      Percobaan ini dilakukan dengan memerlakukan bahan dan alat sesuai prosedur yang ada. Dimana kita melarutkan 1 gram hidroksilamin HCl dan 1,5 gram CuSO4.5H2O dalam 4 ml air dalam erlenmeyer 50 ml, kemudian kami perhatikan ternyata campuran tersebut bewarna hijau tua. Selanjutnya kami panaskan larutan tersebut sampai pada suhu 35°C kemudian kami tambahkan dengan sikloheksanon dan kami goncangkan selama 1-2 menit ternyata larutan berubah warnanya menjadi warna hijau lumut dan keruh serta terdapat endapan putihnya. Kemudian kami dinginkan labu tersebut dalam lemari es dan dilakukan penyaringan kristal lalu dicuci dengan 2 ml air es, yang terjadi berdasarkan pengamatan adalah endapan menjadi bersih dibanding semula. Hasil yang diharapkan adalah kristal, tapi yang didapatkan seperti endapan lumpur atau sering disebut dengan krut.

8.5. Haloform
       Pada percobaan ini dilakukan pada 3 senyawa berbeda, yaitu 2-propanol, 2-pentanon yang digantikan tembakau, dan juga sikloheksanon. Dimana pertamanya, ditambahkan 3 ml NaOH 5% dan kemudian ditambahkan dengan 5 tetes aseton. Warna yang terlihat pada campuran tersebut adalah bening. Kemudian ditambahkan 3 tetes larutan iodium iodida ternyata warna menjadi merah/ cokelat betadine  dan digoncangkan hingga warna cokelatnya menghilang  ternyata terdapat endapan warna kuning si atas dan di bawahnya. Kemudian pada 2-propanol sebanyak 3 ml ditambahkan dengan 3 tetes larutan iodium iodida tadi dan didapatkan warna kuning berubah menjadi kuning yang lebih pekat dari sebelumnya. Kemudian pada 2-pentanon yang digantikan dengan tembakau sebanyak 0,5 gram ditambahkan dengan 10 ml aquades dan ditambahkan 3 tetes iodium iodida dan diamati ternyata warna larutan tetap bewarna seperti tembakau (warna awal) dan tidak terjadi perubahan apapunm sehingga terindikasi gagal. Kemudian pada sikloheksanon yang ditambahkan 3 tetes larutan iodium iodida dilihat dan diamati ternyata terbentuk 2 lapisan, dimana bagian atas bewarna ungu dan bagian bawah bewarna merah.

8.6. Kondensasi Aldol
a.              Ditambahkan 0,5 ml asetaldehid dan 4 ml larutan NaOH 1%, kemudian digoncangkan dan diperhatikan (dicium) baunya.  Ternyata larutan tersebut berbau seperti bau balon. Kemudian campuran ini kami panaskan sampai mendidih selama kurang lebih 3 menit. Ternyata terlihat bahwasannya larutan berubah warnanya menjadi warna kuning san pada saat setelah pemanasan timbul bau yang tengik yang jelas.
b.             Pada percobaan yang kedua ini kami menggunakan refluks dimana langkah yang pertama adalah menyusun peralatan sedemikian rupa sampai bisa digunakan. Kemudian memasukkan 50 ml etanol + i ml aseton +2 ml benzaldehid + 5 ml NaOH ke dalam labu dimana selama proses pencampuran tersebut warna larutan yang tampak adalah warna kuning. Kemudian campuran itu di refluks selama kurang lebih 5 menit pada suhu 31°C. Ternyata air sudah mulai menetes. Setelah selesai proses perefluksan, larutan yang dihasikan tadi didinginkan dengan batu es kemudian setelah diperhatikan selama pendinginan ternyata terbentuk endapan yang lembek bukanlah berbentuk kristal, sehingga tidak bisa diuji titik lelehnya.

IX. Pertanyaan Pasca Praktikum
1.      Mengapa pada percobaan uji cermin perak (Tollens) pada larutan aseton dan sikloheksanon tidak       terdapat larutan cermin perak?
2.    Masih pada percobaan yang pertama, yaitu uji cermin kaca terdapat perbedaan pada formalin dan benzaldehid. Keduanya menghasilkan cermin perak, tetapi formalin tidak perlu dipanaskan untuk mendapatkan cermin perak. Mengapa demikian?
3.      Darimanakah asal bau tengik atau bau seperti balon pada percobaan Kondensasi Aldol?

X. Kesimpulan
            Setelah dilakukannya percobaan ini, kami dapat menarik kesimpulan bahwasannya :
  1.       Reaksi-reaksi dari karbonil terjadi dikarenakan adanya perbedaan gugus karbonil dan isomer-isomernya. Kemudian satu sama lain akan bereaksi dengan berbeda-beda meskipun digunakan reagen yang sama.
  2.     Aldehid di sini bereaksi lebih cepat dibandingkan keton pada pereaksi yang sama. Hal itudikarenakan atom karbonil pada aldehid kurang terlindungi dibandingkan dengan atom karbonil pada keton. Aldehid mengalami oksidasi menjadi asam karboksilat dan mengandung atom C yang sama banyak. Sedangkan keton yang dioksidasi akan menghasilkan dua asam karboksilat dengan jumlah atom C lebih sedikit dibandingkan dengan keton semula sebelum dioksidasi.
  3.       .Cara membedakan aldehid dan keton adalah dengan menggunakan uji cermin kaca (Uji Tollens), Uji Fehling dan Uji Benedict, pengujian dengan fenilhidrazin,pembuatan oksim, reaksi haloform dan juga kondensasi aldol.


XI. Daftar Pustaka
Larasati, Dian. 2010. Reaksi-Reaksi Aldehida dan Keton. Banjarmasin : Laboratorium Kimia FKIP Universitas Lampung.
Petruci, Ralph H. 1987. Kimia Dasar. Jakarta : Erlangga.
Pudjaatmaka, A.H. 1982. Kimia Organik Terjemahan Fesenden Edisi ketiga Jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Respati, Ir. 2007. Pengantar Kimia Organik. Aksara Baru : Jakarta.
Syamsurizal (2019, 20 Maret). Reaksi-Reaksi antara Aldehida dan Keton. Dikutip pada tanggal 20 Maret 2019 di kimia organik : http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/03/20/reaksi-reaksi-aldehid-dan-keton198/ .
Tim Kimia Organik I. 2016. Penuntun Kimia Organik I. Jambi : Universitas Jambi.

XII. Lampiran Gambar
1. Uji Haloform

2. Pengujian Oksim

3. Pengujian Fehling

4. Pengujian Benedict

5. Pengujian Fenilhidrazin