No.
|
Sampel
|
Banyakbotol
|
Warna
|
Hasil TLC
|
1
|
Buahnaga
|
6 botol
|
Beningsemua
|
Tidakadanodaangbergerak
|
2
|
Bayam
|
4 botol
|
1 (bening) 2 (Hijau) 3
(hijaupudar ) 4 (bening)
|
Noda tidakada yang bergeraktetapitapinoda
1,2,3terlihatberwarnakekuninganpadagarisbawah plat.
|
3
|
Nanas
|
3 botol
|
1 (bening) 2 (kuningkeruh ) 3 (bening)
|
Noda tidaktampakdantidakbergerak
|
4
|
Bungakertas
|
5 botol
|
1 (bening) 2 (terdapatsepertiminak) 3 (agakkeruh) 4 dan 5 (bening)
|
Noda tidaktampakdantidakbergerak
|
5
|
Semangka
|
3 botol
|
1 (bening) 2 ( keruh ) 3 (bening)
|
Noda tidaktampakdantidakbergerak
|
6
|
wortel
|
3 botol
|
1 (bening) 2 (kuningcerah) 3 (bening)
|
Noda 1dan 3 tampakberwarnakrimpadagarisbawahtapitidakbergerak
|
7
|
pepaya
|
4 botol
|
1 (bening) 2 ( kekuningan) 3 dan 4 (bening)
|
Noda satutakterjadi apa2. Noda 2 dan 4
tampaknodakrimpadagarisbawahdanpadanoda 3 bergeraknaikdenganwarnakrim
|
8
|
Kentang
|
4 botol
|
1 (bening) 2 ( kuningkeruh) 3 dan 4 (bening)
|
Noda tidaktampakdantidakbergerak
|
9
|
Tomat
|
3 botol
|
1 (bening) 2 ( kemerahan) 3 (bening)
|
Padanodaketigaberwarna abu2 danbergraknaikkeatas
|
10
|
Bungasepatu
|
4 botol
|
1 (bening) 2 dan 3(keruh) 4 (keruhpudar)
|
Noda tidaktampakdantidakbergerak
|
IX. Pembahasan
8.1.
Kromatografi Lapis
Tipis
Percobaan
ini dilakukan uuntuk membuat plat kromatografi lapis tipis dan mampu memisahkan
senyawa dari campurannya dengan kromatografi lapis tipis lalu nantinya
dimurnikan melalui kromatografi kolom. Percobaan kromatografi lapis ini (TLC :
Thin Layer Chromatography). Dimana bahan penyerap yang digunakan dilekatkan
tersebar pada plat kaca, aluminium ataupun plastik. Kelebihannya adalah
pengerjaannya yang lebih cepat. Pada percobaan yang kami lakukan ini, pertama
kali kami siapkan platnya. Dimana plat dipotong seukuran 5x3 cm kemudian pada
bagian bawahnya dibuat garis bawah sebesar 0,5 cm.Nah, pada percobaan ini kami
menggunakan 3 plat untuk 10 sampel ekstrak, sehingga 1 plat digunakan untuk 4
sampel dan ada yang 2 sampel. Kemudian pada plat tersebut nantinya akan
ditetesi oleh sampel yang sudah diekstrak terlebih dahulu. Sampel yang kami
gunakan disini ada 10 buah yaitu, naga (A), Bayam (B), Nanas (C), Bunga Kertas
(D), Semangka (E), Wortel (F), Pepaya (G), Kentang (H), Tomat (I), Bunga Sepatu
(J) yang diekstrak dan diambil sarinya untuk percobaan ini. Kemudian ekstrak
tersebut di ambil (ekstrak A-D) dengan pipa kapiler lalu ditotolkan satu
persatu pada plat yang sudah disiapkan sebelumnya. Penotolan tersebut dilakukan
tepat pada garis batas bawah yang kita buat, kemudian plat tersebut dicelupkan
dalam pelarut N-heksan : Etil Asetat (2:1) pada Chamber dan didiamkan beberapa
waktu. Hal tersebut dilakukan juga pada sampel E-H (pada plat kedua) dan juga
sampel I dan J (pada plat yang ketiga). Setelah ditunggu beberapa waktu, diliat
hasil dari setiap plat, apakah ada pergerakan, perubahan warna atau hanya
berada pada fase diamnya saja (http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/04/10/325teknik-pemisahan-dengan-khromatografi/).
Pada plat pertama (sampel A-D) dimana
sampelnya adalah naga, bayam, nanas dan bunga kertas di dapatkan hasilnya. Dimana
pada sampel pertama, yaitu naga (A) jarak pelarut atau eluen yang terjadi
sepanjang 4,8 cm dan jarak noda yang terjadi itu berbeda-beda. Dimana pada
ekstrak naga sepanjang 3,9 cm sehingga didapatkan nilai Rfnya sebesar 0,8125. Kemudian
pada ekstrak kedua bayam (B), didapatkan jarak pelarutnya juga 4,8 cm kemudian
jarak noda yang terjadi sepanjang 0,3 cm sehingga nilai Rf yang didapatkan
sebesar 0,025. Pada sampel ketiga nanas (C), didapatkan hasil dimana jarak
pelarutnya sama dengan ekstrak sebelumnya yaitu 4,8 cm, kemudian untuk jarak
nodanya didapatkan sepanjang 3,8 cm dan dihitung nilai Rfnya sebesar 0,79166.
Selanjutnya pada sampel keempat bunga kertas (D) didapatkan jarak pelarut 4,8
cm kemudian untuk jarak nodanya didapatkan sepanjang 2,5 cm sehingga didapatkan
nilai Rfnya sebesar 0,520.
Pada plat kedua (sampel E-H) dimana
sampel yang digunakan itu semangka, wortel, pepaya dan juga kentang didapatkan
hasilnya. Dimana pada sampel pertama semangka (E) didapatkan hasil jarak
pelarutnya (eluennya) sepanjang 4,5 cm dan jarak noda dari sampelnya sebesar
3,7 cm sehingga didapatkan nilai Rfnya sebesar 0,8222. Kemudian pada sampel
kedua wortel (F) didapatkan jarak pelarut atau eluen sepanjang 4,5 cm dan
didapatkan jarak noda dari sampel sepanjang 3,9 cm sehingga didapatkan nilai
Rfnya sebesar 0,8666. Pada sampel ketiga yaitu pepaya (G) didapatkan jarak dari
pelarut atau eluennya sepanjang 4,5 cm dan jarak noda yang terjadi sepanjang
3,8 cm sehingga didapatkan nilai Rfnya sebesar 0,8444. Pada sampel keempat di
plat ini Kentang (H) didapatkan jarak pelarut atau eluen sepanjang 4,5 cm dan
jarak noda yang didapatkan adalah 0 cm atau dapat dikatakan bahwa noda ini
tidak bergerak dan bertahan di fase diamnya, sehingga didapatkan nilai Rfnya
sebesar 0.
Pada plat ketiga yang hanya berisi 2
sampel saja yaitu ekstrak tomat (I) dan ekstrak bunga sepatu (J) didapatkan
hasilnya. Dimana pada ekstrak tomat (I) didapatkan jarak pelarut atau eluennya
sebesar 4,7 cm dan jarak nodanya sepanjang 4,1 cm sehingga didapatkan nilai
Rfnya sebesar 0,8723. Kemudian untuk sampel yang kedua yaitu bunga sepatu
didapatkan jarak pelarut atau eluennya sepanjang 4,7 cm juga sama sepertii
sampel pertama, kemudian jarak noda ekstrak bunga sepatu ini didapatkan
sepanjang 4 cm. Sehingga didapatkan nilai Rfnya sebesar 0,8510 cm. Jadi dapat
dilihat bahwasannya pada setiap plat memiliki hasil jarak pelarut yang sama
untuk masing-masing sampel yang berada di dalamnya, semisal keempat sampel pada
plat pertama memiliki jarak pelarut yang sama yaitu 4,8 cm hal itu dikarenakan
keempatnya berada pada plat yang sama dengan eluen yang sama (perbandingan yang
sama).
8.2. Kromatogfafi Kolom
Pada percobaan kromatografi kolom ini dilakuka dengan
tujuan untuk memurnikan senyawa yang sudah dipisahkan pada kromatografi lapis
tipis dan memisahkan secara kromatografi kolom. Dimana kromatografi kolm
merupakan teknik yang penting pada pemisahan skala preparatif dari beberapa
miligram sampai puluhan gram. Pemisahan ini dilakukan dengan menggunakan kolom
kaca yang diisi dengan bahan penyerap. Dimana pada percobaan yang kami lakukan
kai ini, bahan penyerap yang kami gunakan adalah silika gel. Percobaan ini
dilakukan dengan langkah peratama yaitu penyiapan sampelnya. Dimana sampel
tersebut di ekstrak dengan tujuan mengambil sari-sari yang diperlukan pada
percobaan ini. Sampel yang digunakan pada kromatografi ini sama dengan sampel
yang digunakan dipercobaan sebelumnya yaitu kromatografi lapis tipis. Kemudian
setelah penyiapan sampel, kami siapkan kolom yang sudah dirangkai dan siap
digunakan. Dimana pada kolom itu kami sumbat dengan kapas dan kami tetesi
dengan N-heksan. Lalu pada kolom dimasukkan silika gel yang ditambahkan dengan
N-heksan sampai mengisi ½ bagian kolom yang digunakan. Kemudian untuk silika
gel yang lainnya diletakkan pada cawan petri (1 sudip saja) lalu ditetesi
dengan sampel sampai warnanya berubah seperti sampel, kemudian dimasukkan ke
dalam kolom dan ditambahkan pelarut. Di sinilah kromatografi kolom akan
berlangsung dan pengamatan dimulai sehingga mendapatkan data yang dipaparkan di
bab sebelumnya. Nah, pelarut atau eluen yang digunakan pada setiap sampel untuk
kromatografi kolom ini berbeda-beda karena divariasikan.
Pada
sampel pertama yaitu ekstrak naga. Dimana pada ekstrak ini digunakan
eluen atau pelarut dari campuran N-heksan dan Etil asetat dengan perbandingan
8:1. Setelah sampel dan pelarut dimasukkan ke dalam kolom dan ditunggu-tunggu
sampai pelarutnya turun ternyata tidak turun juga, sehingga praktikan
berinisiatif untuk mengganti perbandingan pelarut yag digunakan, yaitu dengan
perbandingan 16:2. Nah pada perbandingan ini, sampel mau turun sebanyak 2 botol
(masing-masng botol hanya terisi kira-kira ¼ bagian saja), kemudian pelarut ini
habis sehingga ditambahkan lagi pelarut dengan perbandingan 16:2 dan akhirnya
sampel turun ½ nya (didapatkan 2 botol dengan ¼ bagian terisi), lalu pelarut
habis dan dibuat lagi dengan perbandingan 5:1 dan turun lagi sedikit-sedikit
(didapatlkan 1 botol dengan isi yang sama pada kedua botol pertama). Berdasakan
percobaan yang dilakukan, didapatkan 5 botol hasil kolom pada sampel ini dengan
warna larutan bening.
Pada
sampel kedua yaitu bayam dengan menggunakan pelarut atau eluen
campuran N-heksan dan Etil asetat dengan perbandingan 5:10 didapatkan hasil
bahwasannya sampel yang digunakan mau turun. Dimana pada botol pertama
didapatkan larutan bewarna bening, kemudian pada botol yang kedua didapatkkan
warna larutan hijau, pada botol yang ketiga didapatkan warna larutan yang hijau juga namun hijaunya
lebih pudar dibandingkan dengan warna hijau pada botol kedua. Kemudian botol
keempatnya bewarna bening dan pada botol kelimanya juga bewarna bening. Jumlah
larutan yang dihasilkan pada kolom ini adalah 5 botol dengan warna yang berbeda
di tiap botolnya.
Pada
sampel ketigayaitu nanas yang menggunakan pelarut atau eluen campuran
kloroform dan metalon dengan perbandingan 3:1 dan didapatkan hasil berupa
larutan bewarna bening pada botol pertama. Kemudian dilanjutkan lagi proses
kolom pada botol kedua dan didapatkan hasil berupa larutan bewarna agak keruh
kuning hal tersebut dikarenakan silika gel yang digunakan pecah. Kemudian kami
lanjutkan pada botol ketiga, dimana didapatkan larutan bening. Jadi pada sampel
ekstrak nanas ini didapatkan hanya 3 botol dengan warna yang berbeda.
Pada
sampel keempat yaitu bunga kertas digunakan eluen atau pelarut tunggal
yaitu kloroform saja. Dimana didapatkan hasilnya berupa larutan bewarna bening
pada botol pertama, kemudian pada botol kedua didapatkan larutan yang terdapat
seperti minyak (jumlah minyaknya sedikit). Kemudian dilanjutkan kolom ini dan
pada botol ketiga didapatkan larutan sedikit keruh. Lalu pada botol keempat
didapatkan larutan itu bening begitu juga pada larutan yang terdapat di botol
kelima, bening. Kemudian saat diperhatikan tenyata pada silika gel muncul warna
kehijauan tapi ketika kami tambahkan pelarut warna hijau tersebut menghilang.
Jumlah botol yang dihasilkan pada kolom bunga kertas ini adalah lima botol dengan
warna berbeda.
Pada
sampel kelima yaitu semangka yang menggunakan pelarut campuran
N-heksan dan Etil asetat dengan perbandingan 3:2 didapatkan hasilnya berupa sampel yang ada
pada kolom langsung turun dan didapatkan larutan sampel pada botol pertama
bewarna bening. Kemudian kolom dilanjutkan pada botol yang kedua, dimna di sini
sampel makin turun dibanding saat proses kolom di botol pertama tadi. Botol
kedua ini bewarna kuning pudar. Selanjutnya kami mengganti botol penampung
sampel, yaitu botol ketiga. Di sini kami mendapatkan lariutan bewarna bening.
Pada percobaan kolom semangka ini kami mendapatkan hasil kromatografi kolom
sebanyak 3 botol dengan warna yang berbeda.
Pada
sampel keenam yaitu wortel dengan menggunakan pelarut campuran
N-heksan dan Etil asetat dengan perbandingan 3:2 didapatkan hasil berupa
larutan sampel bewarna bening pada botol yang pertama, kemudian larutan bewarna
kuning pada botol yang kedua dan terakhir larutan bewarna bening pada botol
ketiga. Hasil kolom yang didapatkan pada kromatografi kolom untuk ekstrak wortel
ini hanya 3 botol dengan warna yang berbeda juga.
Pada
sampel ketujuh yaitu pepaya digunakan pelarut atau eluen N-heksan dan
Etil asetat dengan perbandingan 3:1 dimana pada botol pertama larutan bewarna
bening, sampel sudah mulai turun. Kemudian pada botol kedua bewarna kekuningan
(sampelnya sudah turun dan menetes), pada botol ketia bening dan keempat juga
bening. Jadi di sini kami mendapatkan hasil kolom sebanyak 4 botol
Pada
sampel kedelapan yaitu kentang dengan menggunakan pelarut atau eluen
campuran kloroform dan metanol dengan perbandingan 3:1 didapatkan hasil berupa
larutan bewarna bening pada botol pertama, lalu botol kedua bewarna seperti
minyak sayur keruh dan pada botol keempat serta botol keempat bewarna bening.
Jadi pada kolom ini kami mendapatkan hasil kolom sebanyak 4 botol.
Pada
sampel kesembilan yaitu tomat yang menggunakan pelarut campuran N-heksan
dan Etil asetat dengan perbandingan 3:1 didapatkan hasil berupa sampel yang
turun ke bawah. Pada botol pertama bewarna bening, lalu bewarna kemerahan pada
botol yang kedua,, lalu bewarna bening juga pada botol yang ketiga. Jadi pada
kolom ini didapatkan hasil kolom sebanyak 3 botol.
Pada
sampel kesepuluh yaitu bunga sepatu yang menggunakan pelarut atau eluen
N-heksan dan Etil asetat dengan perbandingan 3:1 didapatkan hasil berupa
larutan bewarna bening pada botol pertama, kemudian pada botol kedua didapatkan
larutan bewarna keruh dan pada botol ketiga didapatkan larutan bewarna keruh namun
tidak sekeruh botol kedua. Di sini hasil kolomnya didapatkan sebanyak 3 botol.
Setelah proses kolom tersebut dilanjutkan dengan uji TLC
dengan menggunakan plat yang baru (bukan plat bekas percobaan pertama). Dimana
botol-botol yang didapatkan pada kromatografi kolom tersebut ditambahkan
metanol 1 tetes pada tiap botol. Kemudian yang sudah ditetesi tadi kita
totolkan pada plat TLC yang sudah kita sediakan. Satu plat digunakan untuk satu
sampel jadi jumlah totolannya sebanyak botol yang kita dapatkan beserta
sampelnya. Untuk angka 1 (totolan sampel), angka 2(totolan botol 1) dan
selanjutnya. Setelah itu plat diletakkan dalam Chamber berisi pelarut (eluen)
N-heksan dan Etil asetat. Langkah ini dilakukan untuk semua sampel dan larutan
hasil kromatografi kolom. Percobaan TLC ini pertama kali dilakukan pada ekstrak
bayam dan hasil kolomnya bukan pada buah naga. Hal itu dikarenakan ekstrak naga
gagal melalui kromatografi kolom. Pada bayam ini, TLCnya ada 6 totolan
(sampel+5 botol) didapatkan hasil berupa tidak adanya noda yang bergerak, yang
ada hanya perubahan warna dimana totolan pertama, kedua dan ketiga berubah
menjadi warna cream. Selanjutnya pada sampel nanas didaptkan hasil TLCnya tidak
bewarna dan tidak bergerak nodanya. Kemudian pada sampel bunga kertass
didapatkan hasil TLCnya berupa krutnya bergerak panjang dan padda bagian
tengahnya bewarna ungu. Lalu pada sampel dan botol semaangka hasil TLCnya
berupa krut yang bergerak dan bewarna kuning. Pada sampel wortel didapatkan
hasil TLC krutnya bergerak dan memiliki warna kuning serta perbedaan pergerakan
(botol 1 tidak bergerak tapi bewarna cream, botol 2 tidak bergerak bewarna
cream, botol ketiga tidak ada). Pada
sampel pepaya TLCnya didapatkan hasil krutnya bergerak warna keorenan (botol 1:
tidak bergerak, botol 2:gerak digaris cream pudar, botol 3: gerak bewarna cream
pudar, botol 4: tidak gerak dan bewarna cream pudar). Pada sampel kentang
krutnya tidak bergerak tetapi ada warna abu-abu seperti pensil. Pada tomat
TLCnya didapatkan pergerakan noda pada botol 3 dan bewarna abu-abu. Terakhir
pada sampel bunga sepatu didapatkan krut tidak bergerak tetapi berubah warna
menjadi warna cream pudar.
X. Pertanyaan
Pasca
1. Apa tujuan penambahan (penetesan) N-heksan pada kolom?
2. Mengapa pada percobaan kromatografi kolom ekstrak naga
sampelnya tidak mau turun?
3. Apa yang menyebabkan silika gel pecah pada kolom nanas?
XI. Kesimpulan
Adapun
kesimpulan setelah dilakukannya percobaan ini, yaitu :
1. Pemisahan secara kromatografi ini memiliki pengertian
yaitu pemisahan suatu zat aktif yang ada atau terkandung dalam suatu sampel
berdasarkan kemampuan bergeraknya fasa diam dan fasa gerak.
2. Jenis-jenis kromatografi yang pertama kromatografi kolom,
kemudian kromatografi kertas dan kromatografi lapis tipis serta yang lainnya.
3. Kromatografi kolom berlangsung berdasarkan kemampuan
adsorbsi dan juga partisinya dimana komponen yang diuji (sampelnya) secara
selektif akan terpartisi pada eluan dan juga lapisan cairan tipisnya yang
terikat pada padatan pendukung innert.
4. Kromatografi lapis tipis ini memiliki prinsip kerja
berupa pemisahan sampel yang dilakukan berdasarkan perbedaan kepolaran antara
sampel dan pelarut (eluen) yang digunakan.
XII. Daftar
Pustaka
Alimin, dkk. 2007. Buku
Dasar Kimia Analitik. Makassar : Allaudin Press.
Takeuchi, Yoshito. 2009. Kromatografi. www.chem-is-try.org.
Tim
Kimia Organik I. 2016. Penuntun Kimia Organik I. Jambi :Universitas
Jambi.
Underwood. 2002. Analisis
Kimia Kuantitatif. Erlangga: Jakarta.
XIII. Lampiran
1. Proses Impreknasi
2. Proses TLC
3. Proses Pemadatan Silika Gel
4. Proses Kromatografi Kolom Ekstrak Buah Semangka
5. Proses Kromatografi Kolom Ekstrak Buah Naga